Melihat Radio Amatir, Dulu dan Sekarang…

SEKTOR INFORMAL – Selain berolahraga dan membaca buku, tak jarang Sudomo yang bernama panggilan YB ADM ikut bercanda di frekwensi radio amatir. *** Local Caption *** Lebih Jauh Dengan: Sudomo Olahraga pilihan Sudomo adalah bermain golf. Judul Amplop: Sudomo(KOMPAS/Albert Kuhon)

Penulis Aswab Nanda Pratama | Editor Inggried Dwi Wedhaswary

Sumber : Nasional Kompas

KOMPAS.com – Perkembangan radio amatir di Indonesia sudah ada sejak sebelum kemerdekaan. Radio amatir, alat komunikasi dua arah dijadikan alat pemberi informasi ke berbagai elemen masyarakat. Pada 1970-an, seperti dikutip dari Harian Kompas, 6 Juli 1974, antar radio amatir saling berhubungan baik di dalam maupun luar negeri. Pada masa penjajahan, Belanda membangun Radio Malabar yang berada di Jawa Barat untuk menghubungkan komunikasi Pemerintah Hindia Belanda dengan Kerajaan Belanda. Seiring berjalannya waktu, radio amatir semakin masif. Pada 9 Juli 1968, Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI) didirikan untuk menyatukan para pengguna radio amatir di Indonesia. Alat Alat yang digunakan radio amatir adalah transceiver. Lebih sederhananya, menggunakan handle transceiver atau biasa disebut HT. Melalui alat ini, seseorang bisa memberikan kabar/informasi dari satu tempat ke tempat yang lain dengan dibatasi jarak wilayah tertentu. Biasanya, merek piranti yang digunakan memengaruhi jarak dalam berkomunikasi. Ada dua stasiun radio amatir yaitu stasiun radio amatir tetap dan stasiun radio amatir bergerak.

Anggota Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari) melakukan latihan pengamanan Pemilu. KOMPAS/DUDY SUDIBYO)

Radio amatir tetap biasanya berada di rumah atau kantor organisasi, sedangkan yang bergerak pada alat transportasi seperti kapal atau kereta api. Bagi mereka yang terhubung dengan radio amatir, akan mendapatkan kode nada panggil khusus. Setiap negara memiliki kode tersendiri untuk komunikasinya. Indonesia, misalnya, menggunakan kode YH untuk tingkat pemula, YD atau YG untuk siaga, YC atau YF untuk penggalang, dan YB atau YE untuk penegak. Untuk susunan kedua adalah angka 0-9 untuk menyatakan kode wilayah dan susunan ketiga adalah susunan suffiks untuk menjelaskan pemilik IAR Stasiun Radio Amatir. Pemilik radio amatir disimbolkan dengan satu huruf dan paling banyak empat huruf dari abjad A sampai Z. Misalnya, terdapat nada panggilan di Indonesia YD5ZA, YC9DF, dan YB1GF Harian Kompas, 20 September 1981, memberitakan, perkembangan radio amatir sangat membantu berbagai acara. Dalam PON X, tim ORARI DKI Jaya membantu menyebarkan informasi pertandingan. Memakai kode panggilan operasi “Zero Two” dan terjangkau oleh Perum Telkom. Radio amatir memantau jalannya pertandingan layang gantung, terjun payung, dan terbang layang. Selain itu, disebutkan pula bahwa radio amatir membantu dan menunjang komunikasi pemilu. Melalui radio ini, perkembangan pemilu bisa dilaporkan lebih cepat dan akurat. Bagaimana kisah radio amatir saat ini? Radio amatir masih eksis, meski tidak seperti pada masa lalu. Pihak kepolisan dan TNI masih menggunakan transmisi ini untuk berkomunikasi. Terdapat kode-kode tertentu dalam berkomunikasi. Misalnya, kata “86” yang memiliki makna mengerti.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.